Pemenang OSN Pertamina Bidang Fisika tingkat Provinsi DI Yogyakarta |
●●●
Minggu
sore, aku pun kembali ke Jogja..., kembali ke kamarku yang berada di rumah
kakekku tampatku menuliskan cerita ini. Seperti biasa sebelum berangkat wanita
paruh baya membekaliku dengan beberapa makanan kecil dan oleh-oleh untuk
kakekku yang ada di Jogja serta doa yang tersirat dalam kata-katanya.
“Semoga
berhasil ya lombanya,..Nanti kalau sudah sampai di Jogja sms ya”.
“Amin.
Iya Mbok,..Assalamualaikum”. Aku berangkat menuju kota Jogja.
Sesampainya
di Jogja aku pun langsung melanjutkan makalah yang belum terselesaikan. Dengan
semangat dan modal sedikit referensi pemberian teman satu bidang lomba aku pun
berusaha untuk menyelesaikan makalah untuk menjawab soal essay yang diberikan
oleh panitia lomba tersebut. Malam itu agak
sedikit dingin, secangkir kopi pun menemaniku menyelesaikan makalah hingga
akhirnya aku malam itu tidak tidur.
Waktu
yang ditunggu-tunggu telah tiba, dengan persiapan seadanya ku hadapi perlombaan
tersebut. Ku ikuti segala alur perlombaannya, berharap menang pun saat itu
terhapus oleh rasa pesimisku. Aku hanya berharap dapat pengalaman berharga dari
setiap apa yang aku jalani. Dan itulah doa yang selalu menyertaiku dalam setiap
akhir sujudku ketika waktunya bertemu dengan-Nya.
Seleksi
awal untuk memilih 6 besar provinsi dilakukan dengan mengerjakan soal esai, cukup
ketat memang persaingan karena dari 9 orang harus dipilih menjadi 6 orang untuk
mempresentasikan makalahnya. Waktu itu aku hanya berbekal pelajaran SMA yang
kuingat dan sedikit membaca buku untuk menghadapi 4 soal esai yang sangat
membuat pusing kepalaku. Kurasakan jarum jam seperti berputar menjadi sangat
lama dan soal-soal yang dihadapanku seperti berubah menjadi suatu bacaan yang
sangat sulit untuk aku pahami. Seratus lima puluh menit berlalu, soal-soal tadi
pun aku lewati dengan meninggalkan jawaban yang aku pun hanya mengira-ngira, ya walaupun ada beberapa
yang dapat kukerjakan namun aku tidak yakin untuk jawaban-jawaban yang lainnya
yang hanya aku kira-kira saja.
Setelah selesai
tahap tersebut tiba waktunya untuk istirahat. Bersama dengan dua orang yang
mewakili jurusan Fisika FMIPA UNY dalam perlombaan OSN Pertamina yaitu koko,
dan mas Muya serta mas Nabih yang pernah juara 2 tingkat nasional, ber-empat
kami menuju masjid UII. Untuk provinsi DI Yogyakarta ini, Universitas Islam
Indonesia yang menjadi panitia OSN Pertamina. Setelah selesai sholat, kami
ber-empat kembali ke gedung FMIPA UII. Dan sepertinya teman-temanku merasa deg-deg-an, karena pukul 14.00 WIB akan diumumkan
siapa saja yang masuk 6 besar dan maju presentasi. Namun entah karena apa, sesuatu
yang ku rasakan saat itu berbeda dengan teman-temanku, rasa deg-deg-an yang sering kualami ketika
sedang menunggu sesuatu yang menyangkut diriku, tak ada sedikitpun. Setelah
beberapa menit berlalu, tibalah waktu pengumuman dan peserta enam besar
langsung digiring untuk memasuki sebuah ruangan. Saat itu aku masih bingung dan
masih belum tahu bila diriku masuk 6 besar. Aku baru tahu ketika tiga juri yang
telah siap untuk menilai memanggil namaku.
“Nanti mas Doni dulu ya, yang
presentasi”. Kata salah satu juri.
Aku kaget dan tak habis pikir
kalau bisa masuk 6 besar. Dan terlebih lagi saat itu media presentasiku belum
sepenuhnya selesai. Namun bagaimanapun keadaannya aku harus tetap presentasi.
Kemudian dengan hanya sedikit persiapanku, aku beranikan dan yakinkan diriku
untuk presentasi. Presentasi kurasakan begitu cepat karena belum beberapa lama
aku presentasi juri sudah memotong presentasi yang aku lakukan. Beberapa
pertanyaan pun terlontar dari para juri. Aku merasa semua pertanyaan dapat ku
jawab, namun terlihat beberapa juri memang agak tidak puas dengan jawabanku.
Setelah itu satu persatu peserta yang lain pun presentasi.
Kurang lebih jam
4 presentasi seluruh bidang lomba berakhir. Kurasakan kelegaan dan ingin cepat
pulang karena sudah lelah dan aku tak merasa menunggu apapun yang masih harus ditunggu.
Namun ada satu lagi tahap yang ditunggu-tunggu oleh peserta lomba waktu itu,
yaitu pengumuman juara 1, 2, dan 3. Setelah istirahat beberapa saat, peserta
dan para pendamping dikumpulkan di sebuah ruangan, tempat untuk pembukaan
perlombaan ini sebelumnya. Setelah mendengar sambutan untuk penutupan akhirnya
pengumuman juaranya pun dimulai. Aku lihat ketegangan diraut wajah para
peserta, bertolak belakang dengan apa yang kurasakan, ketegangan dan optimis
untuk juara, sedikitpun tidak ada dalam diriku. Dengan perlahan-lahan pembawa
acara menyebutkan satu persatu para juara, kemudian tiba gilirannya untuk
bidang fisika, seketika itu kau pun menjadi penasaran siapakah yang akan
menjadi juaranya, aku berharap saat itu dua orang yang duduk disampingku, koko
dan mas Muya mendapatkan juara. Pembawa acaranya membacakan untuk juara 3
terlabih dahulu, dan yang disebutkan adalah Muya Frista Avisiena, aku malah
kaget dan heran kenapa kakak angkatanku yang kuanggap persiapannya paling
matang diantara 3 perwakilan jurusan fisika FMIPA UNY hanya mendapatkan juara
3. Kemudian yang lebih kagetnya lagi ketika juara 2 jatuh pada perwakilan
satu-satunya dari UGM waktu itu. Aku melihat orang-orang yang paling berpeluang
untuk menjadi juara pada waktu itu hanyalah kedua orang tersebut dan teman
sekelasku koko. Dalam benakku langsung menunjuk koko lah yang juara 1, karena
untuk teori dan materi makalah tidak usah ragukan lagi. Namun setelah pembawa acara
dengan sedikit men-delay membacakan
untuk yang juara 1 membuat para peserta penasaran.
“Juara 1 untuk bidang
fisika,..........” Suara pembawa acara yang terdengar oleh telingaku.
Dengan tidak sadar aku tepuk
tangan sembari masih berpikir siapakah yang disebutkan tadi. Aku heran ketika
Koko dan mas Muya menepuk-nepuk punggungku. Aku baru sadar ketika namaku di
sebutkan lagi untuk maju kedepan.
“mas Doni?”
Pembawa acara memanggilku dan mempersilahkan diriku untuk maju ke depan
menerima tanda terima hadiah.
Waktu itu aku
masih tidak percaya dengan pengumuman itu. Aku masih mencoba menyadarkan diriku
bahwa saat itu aku mendapatkan juara pertama dan akan mewakili provinsi DI
Yogyakarta untuk berkompetisi di OSN Pertamina tingkat nasional di Jakarta. Aku
masih merasakan biasa-biasa saja, senang, kaget dan bangga belum sedikitpun aku
rasakan karena tujuan awalku mengikuti
perlombaan tersebut hanya ingin mendapatkan sebuah kaos yang saat itu secara
gratis dibagikan kepada peserta perlombaan. Ya, hanya kaos gratis tujuan awalku
dan tak terpikir sedikitpun untuk juara 1. Walaupun memang, aku dulu pernah
membayangkan fotoku akan dimuat dikoran karena memenangkan suatu perlombaan,
namun itu adalah harapan yang jauh-jauh hari sebelum perlombaan OSN Pertamina
itu ada dan aku merasa hal itu tidak mungkin akan terjadi pada diriku yang
hanya suka berharap, maka dari itu di OSN Pertamina aku benar-benar tidak berharap
untuk juara.
Setelah berpikir
dan mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku sadar dan benar-benar
merasakan bahwa Allah SWT telah memberikan apa yang dibutuhkan hambanya.
Mungkin ketika dulu aku berharap fotoku dapat dimuat dikoran karena menang
perlombaan, belum menjadi sesuatu yang memang dibutuhkan oleh diriku. Dan waktu
itulah Allah telah mewujudkan harapan yang menjadi suatu kebutuhan untuk
diriku. Setelah itu, semangat dan keinginanku untuk belajar dari apapun yang
sedang ku jalani selalu aku tingkatkan.
Alhamdulillah,..demikianlah
sedikit pengalaman yang pernah tergoreskan dalam kisah hidupku. Kuanggap inilah
salah satu momen dari banyak momen yang paling berharga yang diberikan oleh
Allah SWT.
No comments:
Post a Comment