Malam hari pun datang, malam Minggu, ya benar,
malam yang panjang bagi beberapa orang. Namun bagiku, malam Minggu saat itu
tetap seperti biasanya ketika diriku di Kampung halamanku dulu. Yang membedakan
hanya aku harus membuat makalah dan belajar untuk OSN pertamina.
Kuambil laptop dari dalam tasku. Tak lupa
kuhidupkan televisi yang berada di ruang santai keluargaku untuk menemaniku. Mungkin
sudah menjadi kebiasaanku sejak dari dulu, belajarku selalu sambil menonton televisi. Mencegah agar aku
tidak mengantuk, ketika itulah alasanku melakukan hal itu. Saat itu, tidak ku
hiraukan wanita paruh baya yang memperhatikan acara televisi dan duduk lesehan tidak jauh dari tempat dudukku,
memang ruangan tempatku berkumpul dengan keluargaku itu tidak ada kursinya,
hanya ada beberapa alas untuk tempat duduk lesehan.
Kemudian Ku
pencet sebuah tombol yang ada di laptopku, sembari menunggu laptopku dapat
beroperasi, kukeluarkan buku dan beberapa lembar kertas dari dalam tasku. Beberapa
saat kemudian laptopku pun siap untuk beroperasi, membantuku untuk menyelesaikan
makalah. Melihatku demikian wanita tadi sepertinya penasaran terhadap apa yang
kulakukan.
“Buat
apa, Le? Tumben kok bawa buku banyak ke rumah?”
“Jadi begini Mbok, aku ikut lomba OSN dan
Alhamdulillah aku lolos 9 besar provinsi, kemudian ini untuk mempersiapkan
pertarunganku hari Senin besok. Minta do’a restunya ya Mbok, agar lancar aku
mengikuti lombanya. Aku tidak berharap menang kok mbok, karena orang-orang yang
nanti aku hadapi adalah orang-orang yang hebat, kebanyakan mereka semesternya diatasku”.
Jawabku sambil kuketik beberapa kata untuk membuat judul dan beberapa bagian
dari pendahuluan makalahku.
“Iya, Le. Semoga
lancar ya, Simbok hanya bisa mendoakan. Walaupun banyak lawan kamu nanti yang
sudah semester atas, namun kamu jangan minder,
kamu sudah masuk 9 besar provinsi, itu sudah sangat bagus. Kamu sudah
mengalahkan banyak orang dari yang seleksi dulu. Simbok tidak menuntut banyak
kok Le, cuma ketika nanti kau pulang kamu harus pulang ke rumah ini”. Tutur
kata yang terucap dari wanita itu, tersirat bahwa sedang ada sesuatu antara
wanita itu dengan seseorang yang paling sabar sedunia menurutku.
“He’em, Mbok. Aku pulangnya ke rumah ini kok”.
Aku tidak ingin mencampuri urusan mereka.
Kulanjutkan
ketikanku dan sejenak kuselingi dengan membaca buku yang tebalnya kira-kira 6
cm. Setelah beberapa saat membaca beberapa kata-kata dan huruf yang aneh
seperti rumus yang sulit untuk aku pahami, mataku pun akhirnya tidak mampu
menahan rasa kantukku. Dengan laptop yang menyala, makalah yang belum
terselesaikan dan beberapa buku yang sedikit berserakan, kubiarkan diri ini
terlelap.
●●●
No comments:
Post a Comment